

.png)
.png)

Ketegangan di kawasan Asia Timur kembali meningkat setelah China menggelar latihan militer berskala besar di sekitar Taiwan. Berdasarkan data Kementerian Pertahanan Taiwan, hingga pukul 15.00 waktu setempat tercatat total 89 pesawat militer China beroperasi di sekitar wilayah tersebut, dengan 67 di antaranya memasuki zona yang memerlukan respons militer dari Taiwan. Selain itu, terdeteksi pula 14 kapal militer Tentara Pembebasan Rakyat China serta 14 kapal penjaga pantai China di perairan sekitar Taiwan .
Latihan ini dilakukan tanpa peringatan publik sebelumnya terkait tembakan langsung pada hari pertama. Meski demikian, lalu lintas maritim di Selat Taiwan yang merupakan salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia dilaporkan tidak mengalami gangguan signifikan. Situasi diperkirakan dapat berubah ketika latihan memasuki hari kedua, menyusul pengumuman militer China yang menyatakan akan menggelar latihan tembak langsung dari pukul 08.00 hingga 18.00 waktu setempat, serta memperluas zona latihan dengan penggunaan amunisi aktif .
Presiden Taiwan Lai Ching te melalui pejabat pertahanan menilai aktivitas tersebut sebagai tindakan provokatif. Di sisi lain, pernyataan keras juga datang dari Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu yang menyebut latihan militer China sebagai eskalasi yang mengancam stabilitas kawasan dan bertentangan dengan prinsip dasar Piagam PBB. Ia menegaskan bahwa tindakan tersebut mengirim sinyal berbahaya bagi perdamaian regional .
Analis kawasan Asia Timur dari International Crisis Group, William Yang, menilai luas area latihan kali ini lebih besar dibandingkan latihan sebelumnya. Menurutnya, langkah tersebut menunjukkan upaya China memperkuat kemampuan anti access dan area denial, sekaligus menyampaikan pesan langsung kepada Amerika Serikat dan sekutunya, terutama Jepang, terkait tekad Beijing untuk mencegah intervensi eksternal dalam skenario konflik Taiwan .
Latihan ini juga berlangsung di tengah dinamika internal militer China, menyusul gelombang pembersihan pejabat tinggi yang memunculkan pertanyaan terkait kesiapan tempur. Pengamat keamanan Taiwan Jaime Ocon menilai kemampuan China dalam menggelar latihan mendadak kini semakin cepat dan berisiko tinggi bagi stabilitas kawasan. Ia memperingatkan bahwa situasi semacam ini dapat dengan mudah berubah menjadi eskalasi yang tidak terkontrol .
Dari sisi Beijing, juru bicara Kantor Urusan Taiwan menyatakan latihan militer tersebut ditujukan untuk menekan apa yang mereka sebut sebagai kolusi antara kekuatan separatis Taiwan dan pihak eksternal. China kembali menegaskan pandangannya bahwa Taiwan merupakan bagian dari wilayahnya dan tidak menutup kemungkinan penggunaan kekuatan untuk menyatukannya kembali, sebuah klaim yang terus ditolak oleh pemerintah Taiwan.
Meski ketegangan meningkat, pasar keuangan Taiwan relatif stabil. Indeks saham utama Taiwan bahkan tercatat melanjutkan penguatan, mencerminkan sikap investor yang cenderung mengabaikan risiko geopolitik jangka pendek di tengah kuatnya permintaan terhadap sektor teknologi domestik .