Citigroup, salah satu bank global terkemuka, tengah mempertimbangkan peluncuran stablecoin sendiri untuk memfasilitasi pembayaran digital, menurut pernyataan CEO Jane Fraser. Langkah ini menandai masuknya institusi keuangan tradisional ke dalam ekosistem aset digital yang semakin berkembang, sejalan dengan tren adopsi teknologi blockchain oleh sektor perbankan.
Pernyataan Fraser disampaikan dalam konteks upaya Citigroup untuk meningkatkan efisiensi dalam transaksi lintas batas dan pembayaran digital. Stablecoin, yang dirancang untuk mempertahankan nilai stabil dengan mengikatnya pada aset seperti dolar AS, dianggap sebagai solusi potensial untuk mengurangi biaya dan mempercepat proses pembayaran dibandingkan sistem tradisional.
Menurut analisis industri, stablecoin dapat menawarkan biaya transaksi yang jauh lebih rendah—sekitar 0,5-3% dibandingkan 6,35% untuk remitansi tradisional—seperti yang dilaporkan oleh Coinbase Institutional. Langkah Citigroup ini juga sejalan dengan tren adopsi blockchain oleh institusi besar seperti Goldman Sachs dan Deutsche Bank, yang juga mengeksplorasi stablecoin. Namun, detail lebih lanjut tentang rencana peluncuran, termasuk jadwal dan mitra teknologi, masih belum diungkap.
Langkah ini diperkirakan akan berdampak pada pasar keuangan global, termasuk Indonesia, di mana adopsi kripto terus meningkat. Citigroup, dengan jaringan globalnya, dapat menjadi katalis penting dalam mengintegrasikan teknologi blockchain ke dalam sistem perbankan konvensional.