Lakukan Kajian, Muhammadiyah Ingin Obyektif Sikapi Kripto dan Blockchain

Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah mulai melakukan kajian mendalam terhadap perkembangan teknologi finansial digital, khususnya kripto dan blockchain, yang kian berkembang pesat di era ekonomi digital. Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid, Mohammad Bekti Hendrie Anto, menegaskan bahwa fenomena ini perlu disikapi secara bijak, objektif, dan proporsional agar Muhammadiyah dapat memberikan panduan yang jernih bagi umat.

Menurut Bekti, blockchain dan kripto bukan sekadar tren sesaat, melainkan bagian dari perubahan sejarah yang tidak bisa dihindari. Karena itu, Muhammadiyah dinilai perlu hadir dengan pendekatan yang tidak tergesa-gesa mengharamkan, namun juga tidak latah membenarkan. Sikap tersebut dianggap penting agar keputusan keagamaan tidak terlepas dari konteks perkembangan teknologi dan realitas sosial ekonomi yang menyertainya.

Pandangan serupa disampaikan akademisi Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Noor Akhmad Setiawan, yang menilai teknologi blockchain memiliki nilai filosofis yang selaras dengan prinsip Islam. Ia melihat pergeseran kepercayaan dari sistem terpusat ke sistem terdesentralisasi sebagai sesuatu yang sejalan dengan maqashid syariah, khususnya dalam menjaga harta, kejujuran, dan keadilan. Menurutnya, blockchain bersifat netral, sehingga pemanfaatannya sangat bergantung pada tujuan dan pelakunya.

Sementara itu, dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Mochammad Tanzil Multazam mengingatkan publik agar tidak terjebak hanya pada fluktuasi harga kripto. Ia menekankan pentingnya memahami kripto secara menyeluruh, mulai dari aspek teknologi, manfaat nyata, hingga implikasi hukumnya. Tanzil menilai blockchain memiliki potensi besar jika dimanfaatkan secara kolektif dan produktif, sehingga diskursus kripto tidak semestinya disederhanakan hanya menjadi persoalan halal dan haram, melainkan membutuhkan pemahaman yang komprehensif.