Pejabat senior Amerika Serikat (AS) tengah mempersiapkan kemungkinan serangan terhadap Iran dalam beberapa hari mendatang, dengan pemimpin tertinggi di sejumlah lembaga federal mulai bersiap untuk operasi tersebut. Kabar ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan regional, sebagaimana dilaporkan oleh Bloomberg, yang menyebutkan bahwa serangan tersebut bisa terjadi dalam waktu dekat, termasuk kemungkinan akhir pekan ini.
Presiden AS Donald Trump secara terbuka mempertimbangkan perintah serangan ke Iran, menyatakan dalam wawancara dengan Axios pada 18 Juni 2025 bahwa ia memiliki "ide tentang apa yang harus dilakukan" dan bahwa semua opsi, termasuk tindakan militer, tetap terbuka. Pergeseran sikap ini menandai perubahan dari pendekatan awalnya yang lebih berorientasi pada diplomasi untuk mencapai kesepakatan pembekuan program nuklir Iran.
Menurut Senator Lindsey Graham, sekutu dekat Trump, tekanan meningkat karena intelijen AS menilai Iran kini hampir mencapai kemampuan untuk memproduksi senjata nuklir. Situasi semakin memanas setelah Israel melancarkan serangan terhadap Iran, yang memicu serangan balasan berupa rudal dan drone dari Iran ke wilayah Israel.
(sumber gambar : thenation.com)
Konflik ini telah menewaskan sejumlah orang di kedua belah pihak, menurut laporan Pravda USA pada 19 Juni 2025. Trump, yang sebelumnya mendukung operasi militer Israel, kini tampak semakin fokus pada respons terhadap ancaman nuklir Iran, meskipun ia tetap menekankan pentingnya menghindari perang berkepanjangan.
Sementara itu, upaya diplomatik terus berlangsung. Pertemuan antara menteri luar negeri Inggris, Prancis, dan Jerman dengan pejabat Iran dijadwalkan pada hari Jumat (20 Juni 2025) di Geneva. Analis internasional memperingatkan bahwa kegagalan negosiasi di Geneva dapat memicu eskalasi lebih lanjut. Trump, yang awalnya mendorong negosiasi langsung dengan Iran selama masa jabatannya sebelumnya, kini tampak dipengaruhi oleh tekanan dari sekutunya untuk mengambil tindakan tegas. "Kami tidak bisa membiarkan Iran memiliki senjata nuklir," ujar Trump dalam pernyataan resminya melalui Truth Social pada 16 Juni 2025, menandakan perubahan sikap yang signifikan.
Komunitas internasional kini menantikan hasil pertemuan diplomatik di Geneva, yang dapat menentukan arah konflik. Jika diplomasi gagal, ancaman serangan AS—potensial dengan dukungan Israel—dapat memperburuk stabilitas di Timur Tengah, yang sudah rentan akibat serangkaian bentrokan baru-baru ini.