Zhou Xiaochuan, mantan Gubernur Bank Rakyat Tiongkok (People’s Bank of China atau PBoC), baru-baru ini mengeluarkan peringatan tentang potensi risiko yang ditimbulkan oleh stablecoin terhadap stabilitas finansial global, menurut laporan Bloomberg. Pernyataan ini disampaikan dalam sebuah pertemuan tertutup pada pertengahan Juli 2025, yang kemudian dipublikasikan oleh think tank ekonomi Beijing CF40.
Zhou menyatakan bahwa stablecoin dapat memicu spekulasi yang tidak terkendali, yang berpotensi mengganggu sistem keuangan, terutama di pasar yang sudah diatur ketat seperti Tiongkok. Ia juga mempertanyakan keunggulan biaya stablecoin dibandingkan sistem pembayaran ritel yang sudah ada di Tiongkok, seperti Alipay dan WeChat Pay, yang menawarkan efisiensi tinggi. Selain itu, Zhou menilai klaim tentang biaya pembayaran lintas batas yang "sangat tinggi" dalam sistem tradisional sebagai eksagasi, mengurangi argumen utama pendukung stablecoin. Peringatan ini muncul di tengah larangan ketat Tiongkok terhadap stablecoin dan aktivitas terkait kripto lainnya, termasuk larangan penelitian, acara, dan diskusi pasar. Namun, Hong Kong menjadi pengecualian dengan kebijakan terbuka, bahkan telah mulai menerbitkan lisensi untuk layanan terkait stablecoin.
Zhou juga menyiratkan kemungkinan pengembangan stablecoin yuan di masa depan, yang hanya akan diizinkan di bawah pengawasan ketat negara. Data dari laporan menunjukkan bahwa volume perdagangan over-the-counter (OTC) stablecoin di Tiongkok masih mencapai $75 miliar pada 2024, meskipun di bawah tekanan regulasi. Analis memperkirakan bahwa pernyataan Zhou dapat memengaruhi kebijakan masa depan Tiongkok terhadap kripto, terutama dengan potensi stablecoin yuan yang dapat mengubah aliran pembayaran lintas batas jika diluncurkan.