×
📩 Stay Ahead in Crypto!🔥
Get expert insights & alerts straight to your inbox — join our newsletter now!
Dark Mode
BTCUSDT112,590.0-1383.64 ( -1.21% )
ETHUSDT4,228.08-77.59 ( -1.8% )
HYPEUSDT40.86-1.07 ( -2.55% )
KASUSDT0.08553-0.00112 ( -1.29% )
NLKUSDT0.00349-0.000762 ( -17.92% )
PENGUUSDT0.030214-0.000268 ( -0.88% )
PEPEUSDT0.00001026-0.00000025 ( -2.38% )
SOLUSDT181.12-2.95 ( -1.6% )
XRPUSDT2.8985-0.0233 ( -0.8% )
Powered by
News - Breaking News

Frustasi Pada Putin, Trump Perpendek Tenggat Waktu Gencatan Senjata

July 29, 2025 | 08:16 WIB
Copiedbagikan
Frustasi Pada Putin, Trump Perpendek Tenggat Waktu Gencatan Senjata

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan akan memperpendek tenggat waktu bagi Presiden Rusia, Vladimir Putin, untuk mencapai gencatan senjata dengan Ukraina. Jika tidak dipatuhi, Rusia akan menghadapi sanksi ekonomi. Pernyataan ini disampaikan Trump saat bertemu dengan Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, di Skotlandia pada Senin (28/7/2025).

"Saya akan menetapkan tenggat baru sekitar 10 atau 12 hari dari sekarang," kata Trump kepada wartawan. "Saya mungkin akan mengumumkannya malam ini atau besok," tambahnya, sembari menyatakan frustrasinya terhadap Putin yang dianggap tidak serius mengakhiri perang meskipun telah berkomunikasi berulang kali.

Sebelumnya pada 14 Juli, Trump memberikan tenggat 50 hari kepada Rusia, yang akan berakhir pada 2 September, dengan ancaman sanksi ekonomi keras jika Rusia tidak menghentikan serangan. Namun, ancaman tersebut gagal menghentikan konflik, dengan Rusia justru meningkatkan serangan rudal dan drone ke kota-kota Ukraina.

Kremlin belum memberikan komentar resmi terkait tenggat baru ini. Pasca pengumuman Trump, nilai tukar rubel Rusia melemah lebih dari 2%, mencapai level terendah sejak pertengahan Mei, yaitu di atas 81 per dolar di Moskwa. Harga minyak juga naik karena kekhawatiran ketegangan AS-Rusia dapat mengganggu pasokan minyak.

Trump menyatakan akan memberlakukan sanksi sekunder terhadap negara-negara yang membeli ekspor Rusia, seperti minyak, yang dianggap sebagai dukungan tak langsung terhadap ekonomi Rusia. Awal bulan ini, ia bahkan mengancam akan mengenakan tarif 100% pada Rusia jika konflik tidak dihentikan.

Namun, Charles Lichfield dari Atlantic Council’s GeoEconomics Center menilai Trump mungkin tidak akan langsung menerapkan tarif di atas 100% terhadap pembeli besar energi Rusia seperti China, India, dan Uni Eropa, mengingat kompleksitas negosiasi perdagangan dengan negara-negara tersebut. "Pendekatan bertahap dengan tarif 10-20% mungkin lebih realistis," ujarnya.

Frustrasi terhadap Putin

Trump menunjukkan kekecewaannya terhadap Putin, menyatakan bahwa meskipun mereka memiliki percakapan yang "sangat baik dan penuh hormat," serangan rudal Rusia tetap berlanjut. "Saya sudah tidak begitu tertarik untuk berbicara lagi," kata Trump.

Trump, yang kembali menjabat dengan janji mengakhiri perang Rusia-Ukraina dan konflik Israel-Hamas dengan cepat, awalnya mengkritik Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy sebagai penghalang perdamaian. Namun, belakangan ia mulai menunjukkan ketidaksabaran terhadap Putin, menuduhnya tidak serius mengakhiri perang.

Sekutu NATO juga meningkatkan tekanan pada Rusia. Jerman, misalnya, sedang dalam pembicaraan lanjutan dengan AS dan sekutu lainnya untuk mengirimkan sistem pertahanan udara Patriot tambahan ke Ukraina, yang menjadi prioritas utama Kyiv di tengah serangan Rusia yang terus berlangsung.

Meskipun perundingan di Istanbul antara Ukraina dan Rusia menghasilkan pertukaran tahanan, belum ada kemajuan signifikan untuk mengakhiri konflik yang dimulai dengan invasi Rusia pada Februari 2022. Trump menyebutkan potensi Rusia sebagai negara kaya dengan sumber daya seperti mineral langka, yang menurutnya bisa menjadi peluang perdagangan jika konflik berakhir. "Rusia bisa sangat kaya, hampir tak tertandingi," ujarnya.