News
Jerman dan Italia Didorong Pindahkan Cadangan Emas Senilai $245 Miliar dari AS
June 24, 2025 | 09:04 WIB
Copied
ByBenny Hawe
Jerman dan Italia Didorong Pindahkan Cadangan Emas Senilai $245 Miliar dari AS

Jerman dan Italia, yang masing-masing memiliki cadangan emas terbesar kedua dan ketiga di dunia, menghadapi tekanan domestik yang meningkat untuk memulangkan emas mereka yang disimpan di Federal Reserve Bank di New York. Desakan ini dipicu oleh serangan retoris Presiden AS Donald Trump terhadap independensi Federal Reserve, serta kekhawatiran atas ketidakpastian geopolitik dan potensi risiko terhadap aset-aset yang disimpan di luar negeri. Total nilai cadangan emas kedua negara yang disimpan di AS diperkirakan mencapai sekitar $245 miliar, berdasarkan harga emas saat ini sekitar $3.435 per ons.

Jerman memiliki cadangan emas sebesar 3.352 ton, yang merupakan cadangan resmi terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat (8.100 ton). Sekitar sepertiga dari cadangan ini, atau sekitar 1.200 ton senilai $130 miliar, disimpan di New York. Penyimpanan emas di AS dimulai pada era Perang Dingin untuk alasan strategis, yaitu menjaga aset jauh dari ancaman Soviet dan memfasilitasi likuiditas di pusat keuangan global. Namun, sejak Donald Trump kembali berkuasa, kekhawatiran tentang keamanan emas ini meningkat, terutama karena kritik Trump terhadap Ketua Federal Reserve Jerome Powell dan potensi intervensi politik di bank sentral AS.

Federasi Wajib Pajak Jerman telah mengirim surat kepada Bundesbank dan Kementerian Keuangan, mendesak repatriasi emas dari AS. Michael Jaeger, wakil presiden federasi tersebut, menyatakan, “Trump ingin mengendalikan Fed, yang juga berarti mengendalikan cadangan emas Jerman di AS.” Sementara itu, anggota parlemen dari partai sayap kanan Alternative für Deutschland (AfD), Peter Boehringer, yang telah lama mengkampanyekan repatriasi emas, merasa terjustifikasi karena isu ini kini menjadi perbincangan arus utama. Antara 2014 dan 2017, Bundesbank telah memulangkan 300 ton emas dari New York untuk meningkatkan kepercayaan domestik pasca-disolusi Uni Soviet.

Namun, Presiden Bundesbank Joachim Nagel tetap menyatakan kepercayaannya pada Federal Reserve sebagai mitra penyimpanan yang andal. Meski demikian, suara-suara seperti Jaeger menyarankan agar emas dipindahkan ke Frankfurt atau setidaknya ke Eropa untuk kontrol dan keamanan yang lebih besar.

Sementara itu, Italia memiliki cadangan emas sebesar 2.452 ton, menjadikannya negara dengan cadangan emas terbesar ketiga di dunia. Sekitar setengah dari cadangan ini disimpan di luar negeri, termasuk di New York, dengan nilai sekitar $115 miliar. Seperti Jerman, penyimpanan emas Italia di AS juga berakar pada kebutuhan strategis era Perang Dingin. Namun, tekanan untuk repatriasi di Italia lebih didorong oleh partai-partai populis seperti Lega, yang berargumen bahwa emas adalah aset nasional yang harus berada di bawah kendali penuh negara.

Kekhawatiran di Italia diperparah oleh tren global repatriasi emas, yang dipicu oleh sanksi ekonomi terhadap Rusia dan meningkatnya ketidakpercayaan terhadap sistem keuangan yang didominasi AS. Meskipun Bank Italia belum mengeluarkan pernyataan resmi tentang rencana repatriasi, diskusi publik tentang keamanan cadangan emas semakin intensif, terutama setelah laporan bahwa waktu tunggu untuk memindahkan emas dari Bank of England meningkat delapan kali lipat karena permintaan global yang melonjak.

Menurut laporan European Central Bank, emas kini telah melampaui euro sebagai aset cadangan terbesar kedua di dunia, menyumbang sekitar 20% dari cadangan global pada akhir 2024. Pada 2024, bank sentral secara global menambahkan 1.044,6 ton emas ke cadangan mereka, menandai tahun ketiga berturut-turut pembelian melebihi 1.000 ton.

Negara-negara seperti India (100 ton pada 2024), Polandia (100 ton pada 2019), dan Hungaria juga telah memulangkan emas mereka dalam beberapa tahun terakhir, sebagian karena kekhawatiran atas sanksi ekonomi dan senjata finansial AS. Sanksi terhadap Rusia, misalnya, telah mendorong bank sentral untuk menyimpan lebih banyak emas di dalam negeri sebagai aset safe haven yang tidak bergantung pada sistem keuangan internasional.

Repatriasi emas dalam jumlah besar bukanlah tugas yang sederhana. Prosesnya melibatkan logistik yang rumit, biaya tinggi, dan potensi dampak pada pasar emas global. Selain itu, keputusan untuk memulangkan emas dapat diartikan sebagai sinyal kurangnya kepercayaan terhadap AS sebaga