

.png)
.png)

Laporan terbaru dari CoinShares menunjukkan bahwa industri penambangan Bitcoin memasuki fase transformasi besar di pertengahan 2025. Meskipun jaringan Bitcoin terus tumbuh dengan hashrate global melampaui 1 Zettahash/s (ZH/s) profitabilitas penambang tradisional makin tertekan akibat melonjaknya biaya operasional dan rendahnya pendapatan transaksi.
Menurut laporan “Bitcoin Mining Report Q4 2025”, biaya tunai rata-rata untuk menghasilkan satu Bitcoin di kalangan penambang publik telah naik menjadi sekitar US$74.600, sedangkan biaya total (termasuk depresiasi alat dan kompensasi saham) mencapai US$137.800.
Pendapatan dari biaya per-hash (hash price) menyusut drastis: rata-ratanya hanya sekitar US$50 per PH/s per hari pada Q2 2025, dan fee transaksi kini kurang dari 1% dari total reward blok yang dianggap menyulitkan penambang untuk mendapatkan margin sehat.
Akibat tekanan margin tersebut, banyak penambang besar mulai mengalihkan fokus ke layanan AI dan High Performance Computing (HPC). Infrastruktur mining yang dulunya hanya dipakai untuk memproses blockchain kini dire-purposing sebagai data center untuk beban kerja AI, memungkinkan pendapatan tambahan yang tidak tergantung pada harga Bitcoin atau difficulty mining.
CoinShares menilai bahwa industri mining saat ini terbagi menjadi dua jalur: mereka yang terus mengandalkan mining tradisional dan mereka yang mendiversifikasi ke AI/HPC. Di masa depan, hanya penambang dengan biaya listrik rendah, hardware efisien, atau kontrak hosting AI berjangka panjang yang diprediksi mampu bertahan.