

.png)
.png)

Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan rencana untuk menurunkan tarif impor fentanyl dari China. Informasi ini menandai perkembangan signifikan dalam hubungan perdagangan AS-China yang telah tegang selama beberapa tahun terakhir.
Pengumuman ini muncul di tengah kebijakan tarif agresif Trump, yang sebelumnya memberlakukan tarif tambahan 10% pada impor dari China pada Februari 2025 sebagai bagian dari darurat nasional terkait imigrasi ilegal dan aliran fentanyl. Trump menyatakan bahwa penurunan tarif ini bertujuan untuk mendorong kerja sama dengan China dalam mengurangi distribusi fentanyl, sebuah opioid sintetis yang telah menyebabkan krisis overdosis di AS. Namun, detail spesifik mengenai besaran penurunan atau jadwal implementasi belum diungkapkan.
Langkah ini mencerminkan strategi diplomasi ekonomi yang kompleks, dengan Trump berulang kali menyoroti pentingnya menekan China atas isu keamanan nasional. Sebuah fakta sheet dari Gedung Putih pada Februari 2025 mencatat bahwa tarif awal 10% diterapkan untuk memaksa Beijing mengendalikan aliran bahan kimia yang digunakan untuk memproduksi fentanyl. Sementara itu, laporan The New York Times pada Mei 2025 menunjukkan bahwa China telah mempertimbangkan kerja sama lebih lanjut pada isu ini sebagai leverage dalam perang dagang.
Pengumuman ini menambah lapisan baru pada narasi perdagangan AS-China, dengan pasar global menantikan implikasi lebih lanjut terhadap ekonomi dan kebijakan narkotika.