Presiden Amerika Serikat Donald Trump bersama Wakil Presiden JD Vance membuka peluang tercapainya kesepakatan dagang baru dengan China, di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut. Sinyal ini muncul setelah Beijing mengumumkan pembatasan ekspor baru yang dianggap Washington sebagai penghalang utama negosiasi.
Dalam wawancara di Fox News, Vance mengatakan bahwa Trump masih berharap pada “jalan kewarasan” dalam meredakan konflik perdagangan ini. “Kita punya banyak pengaruh. Harapan saya, dan juga presiden, adalah agar kita tidak perlu menggunakan leverage itu,” ujar Vance. Ia memperingatkan hubungan baik antara Trump dan Presiden China Xi Jinping bisa terancam jika Beijing benar-benar menutup akses global terhadap sejumlah komoditas penting.
Kementerian Perdagangan China sebelumnya menyatakan bahwa kebijakan kontrol ekspor bukanlah larangan penuh, dan menyerukan agar AS menghentikan ancaman tarif tambahan serta melanjutkan dialog untuk menyelesaikan sengketa yang tersisa. Pernyataan itu muncul setelah kedua negara saling menaikkan tarif hingga mencapai setidaknya 125% pada awal tahun, sebelum menurunkannya ke level saat ini — 10% untuk barang AS dan total 30% untuk impor China.
Sementara itu, Trump lewat akun Truth Social menulis pernyataan yang bernada damai sekaligus penuh peringatan: “Jangan khawatir soal China, semua akan baik-baik saja! Presiden Xi yang sangat saya hormati hanya mengalami momen sulit. Dia tidak ingin depresinya sendiri, dan begitu juga saya. Amerika Serikat ingin membantu China, bukan menyakitinya!”
Namun di sisi lain, Trump tetap menegaskan bahwa dirinya siap menambah tarif hingga 100% dan membatasi ekspor perangkat lunak AS mulai 1 November, sembari membuka peluang negosiasi ulang sebelum tenggat tersebut. “Untuk saya, 1 November itu seperti keabadian. Kita lihat saja nanti,” ujar Trump kepada wartawan di pesawat Air Force One.
Jamieson Greer, Perwakilan Dagang AS, menilai bahwa kebijakan ekspor China merupakan “perebutan kekuasaan yang tidak bisa ditoleransi”, namun menyebut tenggat waktu yang ditetapkan Trump bisa menjadi momentum bagi pasar untuk tenang. “Langkah-langkah ini belum diberlakukan. Jadi saya rasa pasar akan menyesuaikan dan tenang minggu ini,” ujarnya.
Kabar mengenai potensi kesepakatan ini muncul setelah gejolak pasar global pada akhir pekan lalu, di mana harga saham, minyak, dan kripto anjlok akibat meningkatnya kekhawatiran akan perang dagang penuh antara AS dan China.