Presiden Amerika Serikat, Donald Trump menyatakan bahwa negaranya akan mengirimkan lebih banyak senjata ke Ukraina, menurut pernyataan yang dikutip oleh akun X resmi @spectatorindex pada hari Selasa pagi ini. Pengumuman ini muncul di tengah dinamika politik yang kompleks mengenai dukungan militer AS terhadap Ukraina dalam konflik berkepanjangan dengan Rusia.
Konflik di Ukraina, yang telah berlangsung sejak invasi skala penuh Rusia pada Februari 2022, telah menerima dukungan militer AS senilai sekitar $69,7 miliar sejak 2014, termasuk $31,7 miliar dari stok Departemen Pertahanan AS sejak Agustus 2021, menurut data Departemen Luar Negeri AS. Namun, baru-baru ini, pada 2 Juli 2025, laporan The New York Times menyebutkan bahwa Trump sempat menunda pengiriman beberapa senjata, termasuk sistem pertahanan udara dan bom presisi, karena kekhawatiran stok senjata AS menipis. Keputusan terbaru ini tampaknya menandakan perubahan arah kebijakan.
Analis kebijakan luar negeri dari Council on Foreign Relations, Charles A. Kupchan, menilai bahwa meskipun Trump menunjukkan keinginan untuk mengakhiri konflik, AS dan sekutunya perlu terus mendukung Ukraina dengan senjata untuk menyeimbangkan tekanan pada Rusia. Namun, kebijakan ini tampaknya bertentangan dengan pendekatan "America First" yang digaungkan selama kampanye, termasuk penolakan oleh calon wakilnya, Senator J.D. Vance, terhadap paket bantuan $61 miliar untuk Ukraina pada April 2024.
Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari Gedung Putih atau Departemen Pertahanan AS yang mengonfirmasi detail pengiriman senjata baru ini. Pengumuman tersebut kemungkinan akan menjadi sorotan utama dalam pertemuan NATO mendatang, di mana Trump baru-baru ini bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Den Haag.