asset coin leftasset coin right
📩 Stay Ahead in Crypto!🔥
Get expert insights & alerts straight to your inbox — join our newsletter now!
Dark Mode
ASTERUSDT1.152+0.008 ( +0.7% )
BTCUSDT87,935.1+567.02 ( +0.65% )
ETHUSDT2,944.3+41.88 ( +1.44% )
HYPEUSDT34.75+2.86 ( +8.97% )
MONUSDT0.04395+0.01199 ( +37.52% )
MONPROUSDT0.01147+0.00058 ( +5.33% )
PIPPINUSDT0.06399-0.0009 ( -1.36% )
SOLUSDT139.91+3.6 ( +2.64% )
XRPUSDT2.2054-0.0109 ( -0.49% )
Powered by
News

Wawancara Eksklusif Rayls Blockchain : Usung Misi “Membawa Bank ke On-Chain”

User
November 21, 2025 | 20:13 WIB
User
UpdatedBenny Hawe
November 21, 2025 | 20:13 WIB
Wawancara Eksklusif Rayls Blockchain : Usung Misi "Membawa Bank ke On-Chain"

Dalam sebuah sesi wawancara eksklusif bersama CryptoWave, Alex Buelau, Co-Founder & CPTO of Parfin, perusahaan yang mengembangkan Blockchain Rayls memaparkan secara lugas visi, arsitektur teknologi, hingga strategi Rayls sebagai blockchain Layer-1 baru yang secara khusus dibangun untuk membawa institusi perbankan masuk ke dunia on-chain. Dengan konsep UniFi blockchain, Rayls mengklaim mampu menjembatani TradFi dan DeFi melalui pendekatan yang sepenuhnya berfokus pada kebutuhan institusi global.

Membawa Bank Masuk ke On-chain

Di awal wawancara, Alex menjelaskan Rayls dengan bahasa sederhana: “Rayls adalah blockchain Layer-1 baru yang dibuat untuk membawa bank masuk ke on-chain.”
Ia menegaskan bahwa bank membutuhkan cara aman dan sesuai regulasi untuk melakukan tokenisasi aset finansial, kemudian mendistribusikannya kepada investor global. Di sinilah Rayls hadir dengan arsitektur unik yang belum dimiliki chain lain.

Sistem Rayls terdiri dari Rayls Privacy Nodes yang dipasang langsung di infrastruktur internal lembaga keuangan (on-premise). Node tersebut berfungsi sebagai chain EVM super-cepat dan compliant untuk tokenisasi aset dalam ekosistem tertutup. Setelah tokenisasi selesai, aset dapat dipindahkan ke Rayls Public Chain untuk distribusi global.

“Arsitektur permissioned-public ini, dipadukan dengan Enygma, yaitu protokol privasi berbasis ZK (Zero Knowledge) menciptakan satu sistem lengkap yang akhirnya memungkinkan bank benar-benar memindahkan operasinya ke blockchain,” ujar sang Co-Founder.

Lahir dari Empat Masalah Utama yang Menghambat Bank Adopsi Blockchain
Rayls dibangun dari observasi mendasar: semakin banyak blockchain hadir, namun bank tetap tidak bisa mengadopsinya.

Menurut Co-Founder, ada empat hambatan utama yang belum terselesaikan:
- Privasi
- Skalabilitas
- Interoperabilitas
- Kepatuhan regulasi

“Kami menciptakan Rayls untuk menyelesaikan keempat kendala tersebut sekaligus,” tegasnya.

Menutup Kesenjangan Besar TradFi vs DeFi

Rayls membawa misi menyatukan dua dunia besar: sistem keuangan tradisional dan ekosistem aset digital. Data yang disebutkan Alex cukup mencengangkan. Ada 6 miliar pengguna bank, namun hanya 10% yang menggunakan blockchain.
Dan jga, pasar TradFi memiliki lebih dari $100 triliun, tetapi kurang dari 10% yang masuk ke crypto. Arsitektur Rayls memungkinkan bank melakukan tokenisasi di lingkungan internal mereka dengan risiko minimal, lalu secara native mendistribusikannya ke pengguna global lewat Rayls Public Chain. “Inilah jembatan nyata yang selama ini hilang,” ujarnya.

Ketika ditanya soal keputusan membangun Rayls di atas standar EVM, Alex memberi jawaban, “Semua calon klien kami, baik bank dan institusi finansial terbesar di Eropa mengatakan bahwa EVM sudah menjadi enterprise standard. Mereka hanya mau sistem yang kompatibel dengan EVM.” Keputusan ini, menurutnya, memudahkan integrasi, mempercepat onboarding developer, dan menegaskan positioning Rayls sebagai chain bagi institusi.

Institusi yang Sudah Menggunakan Rayls

Rayls menyasar bank, bank sentral, penyedia infrastruktur pasar finansial (FMI), serta institusi seperti fund dan perusahaan pengelola receivables.
Bahkan, Rayls sudah memiliki dua klien produksi. Pertama, Nuclea,  tokenisasi commercial receivables dengan imbal hasil hingga 20% APY. Keduai, Cielo, tokenisasi credit card receivables. “Keduanya adalah lembaga keuangan besar yang sudah menggunakan Rayls dalam produksi,” ungkap Alex. Selain itu, Rayls memiliki berbagai pilot project dengan bank besar dan beberapa bank sentral.

Ekspansi Besar di Asia Tenggara, Termasuk Indonesia

Asia Tenggara disebut sebagai wilayah prioritas ekspansi Rayls.
“Kami punya komunitas besar di Indonesia, Filipina, Vietnam, dan Thailand. Setelah TGE, kami akan meningkatkan kehadiran kami di wilayah ini secara signifikan,” imbuhnya.

Rayls telah aktif mengikuti konferensi di Singapura serta melakukan kegiatan komunitas dan edukasi di Korea. Indonesia juga masuk radar utama ekspansi karena basis komunitasnya yang besar.

Dengan desain sistem yang menggabungkan privasi institusional, keamanan, compliance, dan distribusi publik global, Rayls memposisikan diri sebagai blockchain institusional yang unik.

Wawancara ini memperlihatkan bagaimana Rayls berupaya membawa transformasi struktural bagi lembaga keuangan di seluruh dunia, dengan Asia Tenggara sebagai salah satu pasar kunci berikutnya.

Copiedbagikan