

.png)
.png)

Arthur Hayes, mantan CEO BitMEX dan kini CIO di Maelstrom, dalam pengamatan terbarunya menegaskan bahwa pasar kripto berpotensi mengalami volatilitas tinggi atau range-bound yang panjang hingga berakhirnya situasi shutdown pemerintah AS. Ia menggarisbawahi bahwa kondisi likuiditas yang bermasalah – termasuk drainase likuiditas melalui mekanisme seperti swap reverse repo dan utang pemerintah AS – menjadi faktor utama yang sedang menekan aset digital.
Hayes menyebut bahwa investor harus mulai mengadopsi sikap yang lebih konservatif atau husband capital, menyusun modal mereka dengan lebih hati-hati dalam menghadapi periode yang menurutnya penuh ketidakpastian. “Expect a choppy market especially until the US government shutdown ends," katanya.
Lebih lanjut, Hayes menyoroti bahwa siklus empat tahunan tradisional untuk Bitcoin (halving → bull → peak → correction) kini sudah tidak cukup kuat menjadi pedoman utama karena faktor moneter global telah mengambil alih. Ia mengatakan banyak investor bisa salah mengartikan fase lemah saat ini sebagai puncak pasar (market top) dan keliru melakukan aksi jual prematur, padahal kondisi justru bisa memperpanjang konsolidasi.
Di sisi lain, Hayes juga menyinggung gambaran positif ke depan: ia melihat bahwa mekanisme pelonggaran likuiditas terselubung (stealth QE) dari sisi utang pemerintah AS dan komponen likuiditas global dapat menjadi katalis bagi kripto. Sebagai contoh, ia menunjuk bahwa utang pemerintah AS yang terus meluas – dengan penerbitan surat utang yang memungkinkan injeksi likuiditas secara tidak langsung – bisa menjadi bahan bakar untuk aset risiko di jangka menengah.
Sementara itu, shutdown pemerintah AS — yang menyebabkan terhentinya sejumlah rilis data ekonomi utama dan hambatan dalam proses persetujuan regulasi — menciptakan vakum informasi yang memicu ketidakpastian di pasar, menurut analisis pihak lain. Dengan demikian, menurut Hayes, saat para pemangku kebijakan dan pasar menunggu penyelesaian shutdown, pasar kripto akan tetap dalam karakter “berombak” hingga kejelasan muncul.
Bagi pengguna kripto di Indonesia, pernyataan Hayes menjadi pengingat bahwa fase pasar sedang bukan hanya soal teknologi atau hype, tetapi juga cepat dipengaruhi oleh dinamika global: likuiditas dolar, utang AS, regulasi, dan sentimen institusional. Bagi wartawan seperti Anda yang meliput lanskap kripto, dampak dari sisi makro-ekonomi dan regulasi pemerintah AS perlu masuk ke dalam analisis agar pembaca memahami melampaui grafik harga semata.