

.png)
.png)

Harga Bitcoin (BTC) kembali terguncang setelah turun hingga 7,4% pada Selasa (5/11), menembus di bawah level US$100.000 untuk pertama kalinya sejak Juni. Data dari Bloomberg menunjukkan penurunan ini dipicu oleh aksi jual besar-besaran dari holder jangka panjang yang telah melepas sekitar 400.000 BTC dalam sebulan terakhir—setara dengan nilai US$45 miliar.
Menurut Markus Thielen, Head of Research di 10x Research, penurunan kali ini bukan akibat likuidasi leverage seperti pada koreksi Oktober, melainkan karena keyakinan investor mulai terkikis. Ia mencatat bahwa ketidakseimbangan antara penjual lama dan pembeli baru kini menjadi faktor utama yang membentuk arah pasar.
Analis Vetle Lunde dari K33 Research menambahkan bahwa lebih dari 319.000 BTC yang sebelumnya tidak aktif kini kembali bergerak, menunjukkan adanya profit taking signifikan sejak pertengahan Juli. “Sebagian memang merupakan transfer internal, tapi sebagian besar mencerminkan penjualan nyata,” jelasnya.
Berbeda dari penurunan di bulan lalu yang didorong likuidasi besar di pasar futures, tekanan kali ini terjadi secara bertahap di pasar spot. Data CoinGlass menunjukkan sekitar US$2 miliar posisi kripto dilikuidasi dalam 24 jam terakhir—jauh lebih kecil dari US$19 miliar yang terjadi pada crash Oktober.
Thielen juga mencatat bahwa kelompok “mega whale”—pemilik 1.000 hingga 10.000 BTC—mulai menjual secara agresif sejak awal kuartal ini, sementara permintaan baru dari institusi justru melemah. “Whales tidak lagi membeli,” ujarnya, memperingatkan bahwa proses pelepasan aset ini bisa berlangsung hingga enam bulan ke depan, serupa dengan pola bear market 2021–2022 ketika lebih dari 1 juta BTC dijual selama hampir satu tahun.
Thielen memperkirakan harga Bitcoin akan bergerak konsolidatif dengan potensi penurunan lanjutan hingga ke US$85.000, meski ia tidak melihat adanya risiko kejatuhan ekstrem dalam waktu dekat.