×
📩 Stay Ahead in Crypto!🔥
Get expert insights & alerts straight to your inbox — join our newsletter now!
Dark Mode
BTCUSDT118,131.0-4712.27 ( -3.84% )
ETHUSDT4,538.81-215.71 ( -4.54% )
FMBUSDT0.000407-0.00022 ( -35.09% )
FMCUSDT0.00016+0.0000879 ( +121.91% )
HYPEUSDT45.54-1.65 ( -3.5% )
PENGUUSDT0.032844-0.004494 ( -12.04% )
PEPEUSDT0.00001104-0.00000126 ( -10.24% )
SOLUSDT191.28-9.73 ( -4.84% )
XRPUSDT3.0753-0.197 ( -6.02% )
Powered by
News

China Akan Izinkan Peluncuran Stablecoin Kripto Berbasis Yuan

August 7, 2025 | 12:00 WIB
Copiedbagikan
China Akan Izinkan Peluncuran Stablecoin Kripto Berbasis Yuan

Pemerintah China dikabarkan akan mengizinkan peluncuran stablecoin kripto pertamanya, menandai perubahan signifikan dalam kebijakan kripto China, yang sebelumnya dikenal ketat terhadap industri mata uang digital.

Menurut laporan dari FT, peluncuran stablecoin ini akan menjadi bagian dari upaya China untuk menginternasionalkan yuan dan bersaing dengan dominasi dolar AS dalam sistem keuangan global. Pengujian awal stablecoin ini direncanakan akan dimulai di Hong Kong, di mana regulator lokal baru-baru ini mengesahkan undang-undang yang memungkinkan bisnis berlisensi untuk menerbitkan token yang didukung oleh mata uang fiat apa pun. Meskipun larangan kripto di daratan China tetap berlaku, kerangka regulasi baru ini membuka jalan bagi kembalinya China ke industri kripto melalui saluran yang dikontrol.

Menurut konteks tambahan dari laporan FT, langkah ini didorong oleh minat meningkatnya China terhadap stablecoin, yang dianggap telah mengubah lanskap pembayaran tradisional, sebagaimana dinyatakan oleh Gubernur Bank Sentral China, Pan Gongsheng, pada Juni 2025. Chen Lin, Direktur Centre for Financial Innovation and Development di Universitas Hong Kong, mencatat bahwa stablecoin telah diterima secara global sebagai pesaing sehat terhadap mata uang fiat. 

Peluncuran ini juga akan melengkapi upaya sebelumnya seperti Digital Yuan dan pembayaran digital di Hong Kong, seperti yang digunakan oleh pengemudi taksi sejak April 2025. Analis memandang langkah ini sebagai bagian dari "perang mata uang" berbasis blockchain, dengan potensi dampak geopolitik yang signifikan.