

.png)
.png)

Selama periode 43 hari shutdown pemerintah federal Amerika Serikat, negara dilaporkan telah menerbitkan utang senilai sekitar US$619 miliar, yang berarti tambahan utang rata-rata mencapai US$14,4 miliar per hari. Lonjakan ini terjadi meskipun sebagian besar layanan pemerintah mengalami penghentian atau beroperasi terbatas akibat kebuntuan anggaran.
Data resmi dari Departemen Keuangan AS melalui situs “America’s Finance Guide” mencatat bahwa utang nasional terus melambung bahkan saat pemerintah dalam kondisi shutdown.
Misalnya, laporan Associated Press menyebut bahwa utang nasional AS telah mencapai lebih dari US$38 triliun pada Oktober 2025, yang merupakan bagian dari akumulasi utang dalam periode shutdown.
Sementara itu, laporan The Economic Times mendokumentasikan bahwa selama Day 35 dari shutdown tersebut, utang bertambah sekitar US$17 miliar per hari, sebuah angka yang sangat dekat dengan estimasi rata-rata harian di kisaran US$14–15 miliar.
Peningkatan utang dalam skala sebesar ini memunculkan sejumlah kekhawatiran. Salah satunya bahwa sebagian besar biaya yang membengkak berasal dari utang wajib dan bunga pemerintah yang tetap berjalan, meskipun aktivitas operasional terhenti.
Kekhawatiran lainnya, volume utang tambahan ini dapat memperburuk beban bunga dan mengurangi ruang fiskal untuk investasi ke depan.
Juga, penundaan keputusan anggaran dapat memperparah efisiensi ekonomi karena banyak program pemerintah yang tertunda.
Meskipun belum semua detail alokasi utang tambahan selama shutdown disampaikan secara publik, angka-angka resmi menunjukkan bahwa meski banyak aktivitas pemerintah berhenti, fungsi penerbitan uang utang tetap berjalan tanpa henti untuk menutup kewajiban yang ada.
Dengan penambahan utang harian yang sangat besar ini, analisis dari lembaga-riset fiskal memperingatkan bahwa tekanan terhadap stabilitas fiskal AS dapat meningkat, terutama bila shutdown berkepanjangan atau jika suku bunga naik secara signifikan sebagai respons.