News
Israel Habiskan $285 Juta Per Hari Untuk Biaya Pertahanan
June 18, 2025 | 11:17 WIB
Copied
ByBenny Hawe
Israel Habiskan $285 Juta Per Hari Untuk Biaya Pertahanan
Pemerintah Israel telah menghabiskan biaya sebesar $285 Juta per hari untuk membiayai pertahanan militernya.  Laporan ini muncul di tengah ketegangan yang meningkat akibat konflik berkepanjangan dengan Iran, menyoroti beban finansial yang kini menjadi perhatian global, terutama mengingat keterlibatan signifikan Amerika Serikat dalam mendukung Israel.
 
Biaya tersebut diyakini terkait dengan operasi sistem pertahanan udara canggih seperti Iron Dome, yang dikembangkan oleh Rafael Advanced Defense Systems dan Israel Aerospace Industries untuk menangkis roket dan artileri jarak pendek. Sejak 2010, AS telah mengucurkan dana besar untuk mendukung sistem ini, termasuk $205 juta yang diajukan oleh Presiden Obama pada 2011 dan tambahan $70 juta pada 2012 di bawah arahan Sekretaris Pertahanan Leon Panetta. Hingga kini, investasi AS dalam Iron Dome mencapai ratusan juta dolar, dengan komitmen senilai $680 juta yang diawasi ketat oleh Kongres AS untuk memastikan manfaat teknologi bagi pertahanan AS.
 
Dari sisi konteks, biaya ini muncul setelah serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran pada 13 Juni 2025, yang memicu ancaman balasan dan meningkatkan kebutuhan pertahanan udara. AS, yang memiliki lebih dari 40.000 pasukan di Timur Tengah, juga berada dalam kewaspadaan tinggi menyusul ancaman Iran untuk menyerang pangkalan AS jika bergabung dalam konflik. Menurut Council on Foreign Relations, AS memberikan sekitar $3,3 miliar per tahun kepada Israel melalui program Foreign Military Financing (FMF), dan jumlah ini dapat melonjak dengan situasi terkini.
 
Analis memperkirakan bahwa biaya harian $285 juta mencerminkan intensitas konflik dan ketergantungan Israel pada dukungan AS, baik dalam bentuk teknologi maupun dana. Namun, hal ini juga memicu pertanyaan tentang keberlanjutan finansial dan implikasi geopolitik, terutama jika Iran melancarkan serangan balasan yang memaksa AS meningkatkan bantuannya. Dunia kini memantau dengan cermat apakah biaya ini akan mendorong negosiasi damai atau justru memperdalam keterlibatan AS dalam perang proxy yang semakin rumit.