Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali melontarkan kritik tajam terhadap Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, menyebutnya sebagai "real dummy" yang telah merugikan ekonomi AS miliaran dolar.
Dalam pernyataannya, Trump menuntut Powell untuk memotong suku bunga atau mengundurkan diri. Hal ini memicu spekulasi tentang campur tangan politik dalam kebijakan moneter independen The Fed. Kritik ini disampaikan bersamaan dengan keputusan The Fed pada 18 Juni 2025 untuk mempertahankan suku bunga jangka pendek di kisaran 4,25-4,5%.
Keputusan tersebut didukung oleh data terbaru dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS), yang menunjukkan pasar kerja yang kuat dengan rasio lowongan pekerjaan terhadap pencari kerja tetap di atas 1, mendekati level pra-pandemi (BLS, 18 Juni 2025). Kondisi ini bertentangan dengan desakan Trump untuk menurunkan suku bunga, menimbulkan pertanyaan tentang dasar ekonominya.
Konflik ini mengingatkan pada tekanan politik historis terhadap The Fed. Studi dari Federal Reserve pada 2022 menyoroti pentingnya otonomi bank sentral, sementara makalah National Bureau of Economic Research pada 2019 mencatat bahwa pengaruh Presiden Richard Nixon pada 1970-an menyebabkan kebijakan inflasioner, menunjukkan potensi dampak serupa jika tekanan Trump berlanjut. Meski demikian, Powell tetap teguh pada pendekatan berbasis data, menegaskan fleksibilitas kebijakan moneter untuk merespons perkembangan ekonomi secara tepat waktu, sebagaimana disampaikan dalam pidatonya pada 19 Juni 2025.
Sementara itu, situasi ini terjadi di tengah ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global, termasuk ketegangan dengan Iran yang dilaporkan oleh Bloomberg pada 18 Juni 2025. Komunitas internasional kini memantau apakah kritik Trump akan memengaruhi kebijakan The Fed di masa depan atau tetap mempertahankan independensinya di bawah Powell.