Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan rencana untuk memberlakukan tarif dari sebelumnya 100% menjadi sebesar 155% atas impor dari China, efektif mulai 1 November 2025. Pengumuman ini menandai eskalasi signifikan dalam ketegangan perdagangan antara kedua ekonomi terbesar dunia, dengan Trump menyebut langkah tersebut sebagai respons terhadap "praktik tidak adil" China.
Tarif baru ini akan meningkatkan beban dari tingkat saat ini yang berkisar antara 55% hingga 57%, sebagaimana diuraikan dalam tren yang terkait dengan pengumuman tersebut. Trump membenarkan kebijakan ini dengan menyoroti isu seperti pencurian properti intelektual oleh China dan ketidakseimbangan pasar, sambil menyatakan harapan untuk bernegosiasi dengan Presiden China Xi Jinping terkait aliran fentanyl dan akses ekspor AS. Namun, ia menegaskan bahwa tarif akan diberlakukan kecuali kesepakatan perdagangan baru tercapai. Reaksi pasar langsung terasa, dengan futures saham mengalami penurunan ringan dan volatilitas terlihat di pasar kripto, menurut data yang dikumpulkan dari berbagai sumber.
Ekonom memperingatkan bahwa tarif ini dapat meningkatkan biaya bagi konsumen dan bisnis AS, sementara China menyebut langkah tersebut sebagai "paksaan ekonomi" namun tetap terbuka untuk dialog. Pengumuman ini dijadwalkan bertepatan dengan negosiasi mendatang antara AS dan China, yang dapat menentukan arah hubungan perdagangan kedua negara. Para pemangku kepentingan kini menantikan respons resmi dari Beijing dan dampak jangka panjang terhadap ekonomi global, terutama dengan hanya tersisa waktu kurang dari dua minggu sebelum tarif mulai berlaku.