×
📩 Stay Ahead in Crypto!🔥
Get expert insights & alerts straight to your inbox — join our newsletter now!
Dark Mode
BTCUSDT118,308.0+453.74 ( +0.39% )
DOGEUSDT0.2704+0.01808 ( +7.17% )
ETHUSDT3,753.59+109.68 ( +3.01% )
HYPEUSDT46.77+1.96 ( +4.37% )
PEPEUSDT0.0000142+0.00000072 ( +5.34% )
PUMPUSDT0.004283+0.000022 ( +0.52% )
SOLUSDT185.51+8.28 ( +4.67% )
T2T2USDT0.0000086-0.0 ( -14.85% )
XRPUSDT3.4963+0.0886 ( +2.6% )
Powered by
News

Trump Umumkan Tarif Dagang Baru Akan Berlaku 1 Agustus

July 4, 2025 | 13:50 WIB
Copiedbagikan
Trump Umumkan Tarif Dagang Baru Akan Berlaku 1 Agustus

Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan bahwa sejumlah negara akan mulai dikenakan tarif baru mulai 1 Agustus 2025. Pengumuman ini sejalan dengan kebijakan proteksionis yang telah menjadi ciri khas administrasi Trump selama masa kepresidenannya kedua, sebagaimana dilaporkan oleh berbagai sumber resmi.

Menurut laman Wikipedia yang diperbarui hingga 3 Juli 2025, tarif efektif rata-rata AS telah melonjak dari 2,5% pada Januari 2025 menjadi 27% pada April 2025, meskipun turun ke 15,8% pada Juni 2025 setelah beberapa kebijakan ditinjau ulang. Langkah terbaru ini tampaknya menjadi bagian dari strategi "reciprocal tariffs" yang diumumkan pada 2 April 2025, yang bertujuan untuk menyeimbangkan defisit perdagangan AS dengan negara-negara mitra dagang.

Berdasarkan analisis dari J.P. Morgan Research, peningkatan tarif ini dapat mengurangi PDB AS hingga 1% dan PDB global sekitar 0.5% hingga 2026, dengan risiko resesi global meningkat menjadi 40% dari 30% sebelumnya. Sementara itu, laporan dari The Budget Lab at Yale mencatat bahwa tarif sebelumnya telah menaikkan harga konsumen sebesar 2,3% dalam jangka pendek, dengan kerugian daya beli rata-rata $3.800 per rumah tangga di AS.

Pemerintah AS dijadwalkan untuk merilis detail lebih lanjut dalam beberapa hari mendatang, termasuk tingkat tarif dan produk yang ditargetkan.

Para ekonom memperingatkan bahwa kebijakan ini dapat memicu perang dagang baru, dengan potensi retaliasi dari negara-negara seperti China, yang sebelumnya menanggapi tarif AS dengan kenaikan tarif pada barang-barang AS seperti batu bara dan minyak mentah.