


Seorang pengusaha asal Singapura, Mark Koh, harus merelakan seluruh portofolio aset kriptonya lenyap seketika akibat serangan siber yang menyamar sebagai aplikasi permainan. Koh kehilangan aset senilai 14.189 dolar AS (sekitar Rp226 juta) yang telah ia kumpulkan selama delapan tahun.
Insiden ini bermula pada 5 Desember ketika Koh menemukan penawaran beta testing untuk sebuah game online di Telegram. Karena tampilan situs web dan komunitas Discord yang terlihat profesional, Koh percaya bahwa proyek tersebut sah dan memutuskan untuk mengunduh game tersebut ke komputernya.
Petaka terjadi setelah unduhan selesai. Meski antivirus Norton miliknya sempat mendeteksi aktivitas mencurigakan dan Koh telah melakukan pemindaian sistem hingga menginstal ulang Windows 11, malware tersebut tetap bertahan. Dalam waktu 24 jam, seluruh dana di dompet wallet Rabby dan Phantom miliknya terkuras habis tanpa ia sadari.
Koh mengaku tidak sedang membuka wallet saat pencurian terjadi. Ia menduga serangan tersebut memanfaatkan kombinasi pencurian token otentikasi dan celah keamanan (zero-day vulnerability) pada Google Chrome yang memungkinkan peretas mengakses dana tanpa interaksi pengguna.