News
Inggris Pertimbangkan Ikut Perang Melawan Iran Jika AS Turun Tangan
June 19, 2025 | 08:28 WIB
Copied
ByBenny Hawe
Inggris Pertimbangkan Ikut Perang Melawan Iran Jika AS Turun Tangan

Inggris menyatakan akan mempertimbangkan untuk berpartisipasi dalam perang melawan Iran jika Amerika Serikat (AS) memutuskan untuk turun tangan mendukung Israel dalam konflik yang makin memanas dengan Iran. Kabar ini memicu kekhawatiran global, terutama di kalangan pelaku pasar yang kini menantikan perkembangan negosiasi perdamaian dalam 24 hingga 48 jam ke depan.

Laporan tersebut muncul di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, khususnya setelah serangan balasan Iran terhadap Israel yang menewaskan sedikitnya tiga orang dan melukai puluhan lainnya, sebagai respons terhadap operasi militer Israel yang dikenal sebagai "Rising Lion". Operasi ini ditujukan untuk menghentikan program nuklir Iran, yang oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu diklaim telah mendekati tahap produksi senjata.

Iran sebelumnya telah memperingatkan AS, Inggris, dan Prancis bahwa basis militer serta kapal-kapal mereka akan menjadi target jika negara-negara Barat membantu memblokir serangan balasan Iran. Peringatan ini disampaikan melalui media negara pada Sabtu lalu, menurut laporan The Guardian pada 15 Juni 2025, dan dianggap sebagai langkah berisiko tinggi yang dapat memperluas konflik.

Di sisi lain, pasar global tampaknya belum menunjukkan reaksi signifikan terhadap eskalasi ini. Menurut analis dari Quantum Strategy, konflik antara Israel dan Iran diperkirakan akan berlangsung lebih lama dibandingkan serangan kilat Israel sebelumnya, yang dapat memengaruhi harga minyak dan pasar saham jika situasi memburuk. Selain itu, Presiden AS, yang sebelumnya menentang aksi militer Israel, kini tampak memberikan dukungan terbatas, sambil tetap mendorong negosiasi damai, sebagaimana dinyatakan melalui platform Truth Social pada 16 Juni 2025.
Reaksi di media sosial bercampur aduk. 

Saat ini, fokus dunia tertuju pada kemungkinan negosiasi perdamaian dalam dua hari ke depan. Jika gagal, ancaman perang yang melibatkan kekuatan besar seperti AS dan Inggris dapat memperburuk stabilitas di kawasan Timur Tengah, yang sudah rentan akibat konflik berkepanjangan.