News
Israel Lancarkan Serangan "Preemptif" ke Iran, Market Terpantau Merah
June 13, 2025 | 08:43 WIB
Copied
ByBenny Hawe
Israel Lancarkan Serangan "Preemptif" ke Iran, Market Terpantau Merah

Pada Jumat pagi, 13 Juni 2025, Israel melancarkan serangan udara yang disebut sebagai "serangan preemptif" terhadap Iran, menargetkan fasilitas program nuklir dan infrastruktur misil jarak jauh di Tehran, menurut pernyataan resmi militer Israel. 
Serangan ini memicu ledakan besar di ibu kota Iran, dengan media negara Iran melaporkan suara ledakan dan asap membumbung dari sejumlah lokasi. Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, menyatakan operasi ini sebagai respons terhadap ancaman Iran, dan Israel kini berada dalam keadaan darurat.

Eskalasi ini dipicu oleh keputusan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang menyatakan ketidakpatuhan Iran terhadap komitmen non-proliferasi nuklirnya, diikuti pengumuman Iran untuk meningkatkan aktivitas nuklirnya. Laporan intelijen AS menyebutkan Israel telah mempersiapkan serangan ini selama berbulan-bulan, memanfaatkan melemahnya kemampuan militer Iran pasca-serangan Oktober 2024 terhadap fasilitas misil dan pertahanan udara Iran.

Militer Israel menargetkan "puluhan sasaran" terkait program nuklir dan misil Iran. Penduduk Tehran melaporkan ledakan besar, dengan televisi negara menyiarkan gambar asap dan api. Serangan ini memicu kekhawatiran global, terutama karena posisi strategis Iran di Selat Hormuz, yang krusial bagi ekspor minyak dunia.

Serangan ini memicu gejolak signifikan di pasar keuangan global. Harga minyak mentah Brent melonjak 8% menjadi $75 per barel karena kekhawatiran atas potensi gangguan pasokan minyak melalui Selat Hormuz. Harga emas (XAU/USD) naik tajam ke $3,422, meskipun kemudian turun 0,08% ke $3,380, mencerminkan permintaan aset safe-haven di tengah ketidakpastian geopolitik.  

Di bursa saham, Indeks futures saham AS anjlok, mencerminkan sentimen risk-off di pasar. Bursa Asia juga tertekan pada Jumat pagi, dengan laporan menunjukkan penurunan signifikan akibat kabar serangan Israel ke Iran.  

Sementara itu, aset kripto mengalami tekanan jual besar-besaran. Bitcoin turun 2% dalam satu jam, sementara Ethereum anjlok 4,4%, mencerminkan sensitivitas pasar kripto terhadap eskalasi geopolitik. Sentimen negatif ini diperparah oleh ketidakpastian atas dampak konflik terhadap ekonomi global.  

Pasar saham dan kripto menunjukkan pola "risk-off", di mana investor beralih dari aset berisiko tinggi seperti saham dan kripto ke aset yang dianggap lebih aman seperti emas dan obligasi.