

.png)
.png)

Penggunaan stablecoin untuk pembayaran dunia nyata melonjak tajam setelah diberlakukannya regulasi kripto pertama di Amerika Serikat melalui Genius Act pada Juli lalu. Berdasarkan laporan dari Artemis, volume transaksi stablecoin untuk pembelian barang, jasa, dan transfer melonjak lebih dari 70% dalam enam bulan terakhir.
Pada Agustus 2025 saja, lebih dari US$10 miliar berpindah tangan melalui stablecoin — naik dari US$6 miliar pada Februari dan lebih dari dua kali lipat dibanding Agustus 2024. Dari jumlah tersebut, transaksi antar perusahaan atau business-to-business (B2B) mendominasi dengan nilai US$6,4 miliar per bulan, atau sekitar dua pertiga dari total volume.
Laju pertumbuhan ini dipicu oleh kepastian hukum yang diberikan oleh Genius Act, yang mewajibkan penerbit stablecoin untuk menahan cadangan dalam bentuk aset likuid seperti surat utang negara (Treasury bills). Undang-undang ini ditandatangani langsung oleh Presiden Donald Trump pada 18 Juli, dan dianggap sebagai tonggak penting dalam integrasi stablecoin ke sistem keuangan formal.
Menurut Andrew Van Aken, data scientist di Artemis, pertumbuhan pasokan stablecoin meningkat tajam setelah regulasi tersebut disahkan. “Kalau dilihat dari tren data, setelah Genius Act diberlakukan, tingkat pertumbuhan pasokan stablecoin langsung meningkat signifikan,” ujarnya.
Menariknya, penggunaan stablecoin kini melampaui transaksi antar individu. Nilai transaksi peer-to-peer (P2P) konsumen tetap stabil di angka US$1,6 miliar per bulan, sementara transaksi antar perusahaan melonjak 113% dibanding Februari. Rata-rata nilai pembayaran bisnis menggunakan stablecoin kini mencapai US$250.000 per transaksi, menunjukkan peningkatan penggunaan untuk transfer bernilai besar lintas negara.
Perusahaan-perusahaan global mulai menggunakan stablecoin untuk menghindari keterlambatan dalam sistem perbankan internasional tradisional, yang sering kali memerlukan waktu berhari-hari akibat banyaknya lembaga perantara. Kecepatan dan efisiensi stablecoin menjadikannya alternatif yang menarik, apalagi pengguna juga bisa menghasilkan imbal hasil (yield) dari aset digital tersebut.
Sementara itu, sistem pembayaran tradisional seperti Zelle — layanan transfer yang dimiliki oleh sejumlah bank besar AS — kini berencana memperluas layanannya secara internasional dengan mengandalkan stablecoin untuk transaksi lintas batas.
Meski volume stablecoin masih kecil dibanding sistem pembayaran konvensional, potensi pertumbuhannya dianggap sangat besar. “Semakin terbukti bahwa stablecoin adalah bentuk uang yang lebih efisien, semakin cepat pula kepercayaan publik akan tumbuh,” kata Van Aken.