Berdasarkan data terbaru dari Institute of International Finance (IIF), utang global telah mencapai angka fantastis sebesar 324 triliun dolar AS.
Utang global yang terus meningkat ini menjadi perhatian dunia, dengan berbagai reaksi bermunculan di media sosial. Banyak pengguna X yang menyoroti kompleksitas situasi ekonomi saat ini, dengan beberapa menyindir bahwa ekonomi modern mungkin lebih bergantung pada ilusi kekayaan daripada nilai riil. Ada pula yang secara humoris menyebut utang ini "dimiliki oleh alien" atau bahkan mengusulkan bahwa Thanos, karakter fiktif dari Marvel, seharusnya menghapus utang ini dengan jentikan jarinya.
Data tambahan dari berbagai sumber menunjukkan bahwa utang per kapita tertinggi ada di Singapura ($150.105), diikuti oleh Amerika Serikat ($98.204) dan Jepang ($87.547). Sementara itu, rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tertinggi tercatat di Jepang (255%), diikuti oleh Yunani (168%) dan Singapura (163%). Hal ini menunjukkan ketimpangan signifikan dalam beban utang antar negara.
Di negara-negara berkembang, utang publik tumbuh dua kali lebih cepat dibandingkan negara maju sejak 2010, dengan Asia dan Oseania menyumbang 24% dari total utang publik global. Namun, beban ini tidak merata, karena negara berkembang juga menghadapi aliran keluar sumber daya bersih, dengan pembayaran bunga utang eksternal mencapai 487 miliar dolar AS pada 2023.
Para analis menilai bahwa tingginya suku bunga, prospek ekonomi global yang lemah, dan ketidakpastian semakin membebani anggaran publik, terutama di negara berkembang. Hal ini dapat membatasi investasi di sektor penting seperti kesehatan dan pendidikan.