Microsoft telah menangguhkan 3.000 akun Outlook dan Hotmail yang diduga dibuat oleh pekerja teknologi informasi (IT) asal Korea Utara yang menyamar sebagai freelancer internasional. Langkah ini merupakan bagian dari upaya lebih luas untuk menggagalkan skema penipuan global yang terkait dengan pendanaan ilegal rezim Korea Utara.
Menurut keterangan resmi Microsoft, akun-akun tersebut digunakan oleh operatif Korea Utara untuk menyusup ke ratusan perusahaan yang termasuk dalam daftar Fortune 500. Skema ini memungkinkan pekerja IT tersebut mendapatkan pekerjaan jarak jauh dengan menggunakan identitas palsu atau yang dicuri, yang kemudian dimanfaatkan untuk menghasilkan pendapatan ilegal.
Laporan dari Microsoft Threat Intelligence, yang dirangkum dalam artikel Fortune, mengungkapkan bahwa operasi ini dikenal sebagai "Jasper Sleet". Pekerja IT Korea Utara dilaporkan menargetkan perusahaan teknologi, manufaktur kritis, dan sektor transportasi, dengan taktik yang semakin canggih berkat penggunaan kecerdasan buatan (AI). AI digunakan untuk memperbaiki kesalahan tata bahasa, menyempurnakan foto profil, hingga mengembangkan perangkat lunak pengubah suara.
Langkah Microsoft didukung oleh operasi gabungan dengan Departemen Kehakiman Amerika Serikat (DOJ). Dalam operasi tersebut, ratusan laptop, 29 akun finansial, dan hampir dua lusin situs web telah disita. Penegak hukum juga menelusuri 29 "laptop farm" di seluruh AS, tempat para pelaku—termasuk warga AS—mengelola perangkat yang dikirim oleh perusahaan yang tanpa sadar mempekerjakan pekerja Korea Utara.
Skema ini diperkirakan menghasilkan hingga USD 600 juta per tahun, menurut estimasi PBB, dengan dana tersebut diduga digunakan untuk mendanai program senjata nuklir Korea Utara di bawah kepemimpinan Kim Jong Un. Selain itu, informasi yang dicuri oleh para pekerja ini juga dibagikan kepada pelaku serangan siber lain, yang telah mencuri miliaran dolar dalam bentuk kripto.
Jeremy Dallman, Direktur Senior Microsoft Threat Intelligence Center, menyatakan bahwa operasi ini terus berkembang. "Di luar 3.000 akun yang ditangguhkan baru-baru ini, kami terus melacak dan menutup akun persona yang digunakan oleh pelaku ini, termasuk penggunaan AI untuk menyempurnakan operasi mereka," ujarnya.
Langkah ini juga diharapkan memicu perubahan kebijakan di kalangan raksasa perangkat lunak (SaaS) dan meningkatkan pengawasan terhadap perekrutan pekerja jarak jauh.